Gafar Uyub Depati Intan: KWRI Bersatu Harus Dilanjutkan

Ket Foto: Gafar Uyub Depati Intan.

Gafar Uyub Depati Intan, akrab dipanggil Bang Ayub ini salah satu Wartawan senior di Provinsi Bengkulu, pemilik penerbitan Bidik Independent, kini menjadi Bidik07elangOposisi, Cetak dan Online, diterbitkan PT. Alika Intan Pers, Pemimpin Redaksi Koran Geger & Gegeronline, pendiri Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI) di Provinsi Bengkulu, dan Ketua Pertama periode 2004-2007, mengatakan KWRI bersatu harus dilanjutkan, dihubungi disela-sela kesibukannya sebagai Wartawan active dikantornya Kelurahan Air Putih Baru, Kota Curup, sebagai Wartawan harus menulis dan menulis terus katanya, Sabtu (19/09/2020) pada sejumlah Wartawan yang menghubungi.

Menurut Bang Ayub, begitu Ia akrab dipanggil dikalangan masyarakat Pers Bengkulu, mengatakan sebagai Wartawan (Jurnalistik), tidak ada yang bisa dibanggakan kecuali karya-karya Jurnalistnya yang dibaca masyarakat luas. Bukan banyaknya jumlah Kartu Pers dan surat tugas yang dikantongi.

Bacaan Lainnya

Maka Wartawan, harus punya karya bukan sekedar mengantongi surat tugas, Kartu Pers dan membangga-banggakan nama media tempat ia bekerja, yang penting menurut saya karya jurnalist yang dibaca orang banyak.

Sebagai Wartawan harus memilih salah satu organisasi Wartawan Indonesia, Sesuai UU nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, maka saya sejak tahun 2004 bergabung dengan KWRI (Komite Wartawan Reformasi Indonesia), karena marwah dan roh perjuangannya sesuai dengan jiwa saya yang lahir dari keluarga miskin dan buta hurup, ayah dan ibu keduanya sudah wafat tidak bisa tulis baca (buta hurup).

Mereka miskin ilmu pengetahuan, miskin harta, tapi kaya harapan dan semangat, mereka mampu membebaskan saya dari buta hurup. Dan menghantarkan saya tahu dan mengerti apa itu Wartawan, KWRI sebagai salah satu organisasi Wartawan dan saya bergabung didalamnya. Saya wajib bersyukur kepada tuhan yang satu Allah SWT, tak ada yang lain.

Maka KWRI Bersatu harus dilanjutkan perjuangannya, dimana para pendahulunya telah meletakan dasar-dasar perjuangan yang reformis, untuk sebuah perubahan yang baik (positip) bagi organisasi dan wartawan yang bernaung didalamnya, mendorong dan mencerdaskan kehidupan berbangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang kita cintai ini.

Berdasarkan marwan roh berdirinya KWRI, saya telah mempelajari dalam tentang gagasan dan pemikiran para pendiri KWRI, mengamanatkan tugas dan tanggungjawab untuk memperjuangan apa yang telah terjadi ditanah air kita ini, maka kita harus bersatu memperjuangkannya.

Perjuangan KWRI Yang Muliya Itu Harus Kita Lanjutkan:

  1. Perjuangan terhadap penindasan.
  2. Perjuangan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).
  3. Perjuangan terhadap Ketidak Adilan.
  4. Perjuangan terhadap Kebodohan.
  5. Perjuangan terhadap Kemiskinan.
  6. Perjuangan terhadap Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Maka saya menghimbau kepada seluruh kader KWRI, sejak Kongres Luar Biasa (KLB) KWRI Pondok Gede Jakarta, terbelah dan sempat bercerai berai dalam perbedaan pendapat dan pandangan dalam organisasi, untuk melaksanakan amanat organisasi “KWRI Bersatu” kinilah saatnya semua perbedaan itu kita gabungkan dalam kedamaian dan dirajut kembali menjadi kekuatan KWRI Bersatu.

Jangan ada lagi kelompok Pondok Gede Jakarta dan Solo. KWRI hanya ada satu sesuai dengan amanat dan amanah reformasi. Saya telah dihubungi beberapa senior saya di KWRI antara lain Pak Wargo (Orang tua saya), Piter Fikri Pitoy, Sahat Tambunan, Ozzy Sulaiman Sudiro (Ketum KWR) sekarang, dan orang tua saya Syofian Darwulan.

Mari kita kuatkan tekad, melanjutkan perjuangan para pendiri KWRI, Dewan Pertimbangan, Dewan Kehormatan Etik, Pengurus dan Anggota serta simpatisan KWRI dari Sabang sampai Marauke, KWRI harus  bersatu tidak ada jalan terbaik yang lainnya.

Guna melanjutkan perjuangan Reformasi dan Pers berdaulat, Pers Perlawanan. Jurnalist yang kuat, jujur, berani dan bertanggungjawab atas karya yang ditampilkanya, tegas Bang Ayub.

Dan mari kita duduk satu meja, untuk menuju Kongres, atau Kongres Luar Biasa (KLB) KWRI, entah apalah namanya. Masalahnya kita tahu, tanggapan dari berbagai pihak sudah diketahui dan dirasakan. Sekarang kita harus berada dalam solusi (jalan keluar). Bukan berdebat-berdebat terus, (debat kusir) harus ada jalan keluarnya yang terbaik dan memayungi semua pihak, ujar Bang Ayub.

Mari kita tenggelamkan luka lama, dan bangun rasa kekeluargaan yang dalam, kuat, bersatu untuk mewujudkan perubahan (reformasi) yang telah dibangun dan diperjuangkan para pendahulu (perintis) KWRI, yang lahir 22 Mei 1998 silam.

Kita perlu bertanya dan mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu, jadi Wartawan dan bergabung dalam organisasi Wartawan KWRI itu, untuk apa? Kata bang Ayub mengakhiri.

Laporan: Tim Wartawan Gegeronline (Sbong Kime/Harlis, SP/Rizal Wajo, SH /+_).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *