Sungaipenuh,Gegeronline.co.id-Akhir-akhir ini masyarakat Kota Sungai Penuh dihebohkan dengan berita penolakan masyarakat terhadap Paslon Cawako-Cawawako Sungai Penuh nomor urut 2 (Dua) Fikar Azami-Yos Adrino (FIYOS) saat melaksanakan kampanye tatap muka dan dialog serta kampanye pertemuan terbatas. Bahkan dalam sepekan terakhir ini penolakan terhadap FIYOS diketahui terjadi di Desa Koto Lebu, Karya Bakti, Koto Lolo, Koto Bento dan terakhir Koto Baru.
Walau sebenarnya informasi penolakan telah tersebar luas di media sosial. Namun hal ini sepertinya tidak menyurutkan niat Fikar-Yos bersama sejumlah massa yang diduga kuat diboyong dari luar tetap hadir di tempat yang jelas-jelas terdapat penolakan atas kehadirannya.
Walau harus diakui memang ada tim Fikar-Yos yang menunggu kehadiran mereka dan izin (STTP) sudah dikantongi. Namun warga yang tidak menginginkan kehadirannya tersebut tetap harus dijadikan pertimbangan penting.
Sebut saja kejadian di Desa Koto Bento, dengan taktik dan strategi ala “Kucing-kucingan” Fikar Azami yang juga anak kandung Asafri Jaya Bakri (AJB) Walikota Sungai Penuh saat ini, sukses mengelabui ratusan massa yang menghadangnya di Koto Lolo.
Pasalnya dia memasuki Desa Koto Bento melalui jalur Rawang, sementara massa fokus menghadang di Desa Koto Lolo yang ternyata hanya Yos Adrino dan sekelompok tim FIYOS yang terdapat disana. Namun karena aksinya cepat diketahui, akhirnya dia kembali mendapatkan pengusiran dari warga yang tidak menginginkan kehadirannya tersebut.
Terakhir, Kehadiran FIYOS di Koto Baru kembali mendapatkan penolakan dari warga. Dalam vidio yang sudah viral, terbidik kamera terdapat banyak massa yang diduga kuat bukan masyarakat setempat turut andil dalam upaya menerobos barisan pertahanan yang dijaga oleh warga.
Akibatnya, aparat yang bersiaga di TKP memberikan peringatan dengan memuntahkan peluru ke udara.
Atas kejadian tersebut terciptalah kekacauan. Aksi saling lempar pun tidak bisa terelakkan lagi. Kondisi ini diperparah lagi dengan jatuhnya korban cidera dan luka akibat terkena lemparan batu dalam aksi tidak terpuji tersebut.
“Kenapa mereka tidak menunda kehadirannya disaat mendapatkan penghadangan? ada apa sebenarnya? Apakah ini bagian dari strategi, taktik ataupun intrik? Entahlah Saya tidak mengerti dengan pola fikir mereka. Berulang kali ditolak namun tetap menyengajakan hadir. Malahan mereka lakukan upaya penerobosan lagi,” kata NS yang merupakan warga Kota Sungai Penuh.
Selanjutnya, dengan penuh keheranan warga Sungai Penuh yang meyangkan kejadian tersebut ikut angkat bicara “calon Pemimpin hendaknya bisa mengambil tindakan yang lebih mengutamakan keamanan dan keselamatan masyarakat. Bukannya tetap hadir ditempat yang sudah diprediksi akan terjadi bentrokan tersebut. Apa maksud dan maunya? Strategi apa yang dimainkan? Apa yang dimau? Untuk apa? lambat cepat pasti akan terjawab,” ujar warga yang enggan namanya disebutkan.
Perlu disampaikan kembali, kasus penolakan juga pernah didapatkan Ahmadi-Antos, tepatnya di Tanah Kampung. Namun Ahmadi-Antos yang juga berlatar belakang sebagai akademisi ini menunda kehadirannya disana dengan alasan menghindari benturan antar sesama masyarakat.
Tidak ketinggalan, saat itu Ahmadi-Antos juga menghubungi relawan dan militan AZAS yang sudah lama menyiapkan kehadiran AZAS di Tanah Kampung untuk tetap sabar, menahan diri dan jangan sampai terprovokasi. (Tim)