Krisis Pangan Mengancam Kerinci Dan Kota Sungai Penuh

Kondisi Persawahan Milik Warga di Jalan Arah Tanah Kampung Kota Sungai Penuh. (Dok)

SUNGAIPENUH,GEGERONLINE.CO.ID-Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci sebelumnya terkenal dengan daerah lumbung pangan se Provinsi Jambi. Namun, nama tersebut hanya isapan jempol belaka.

Sejak 7 tahun lalu sawah di sepanjang jalan hendak menuju Tanah Kampung selalu digenangi air yang menyebabkan petani merugi. Sedangkan Kabupaten Kerinci dari tahun 2017 hingga 2019 lahan sawah berkurang sekitar 9.339 hektaree.

Bacaan Lainnya

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kerinci, tahun 2017 lahan sawah di Kerinci 19.215 hektaree, kemudian di tahun 2018 berkurang menjadi 18.016 hektaree atau turun sekitar 1.199 hektaree. Di tahun 2019, luas lahan hanya tersisa 12.879 hektare berkurang sekitar 5.140 hektare, dari tahun 2018. Diketahui, untuk kota sungai penuh belum diperoleh data resmi dari BPS maupun Dinas Pertanian dan Holtikultura.

“Jika hal tersebut terus terjadi, kota sungai penuh bisa berkurang. Hampir musim Tanam petani selalu merugi, hasil yang diraih tidak sesuai” kata Erni, salah pemilik sawah di sekitar jembatan kerinduan arah tanah kampung.

Menurutnya, hal itu disebabkan tiap tahun sawah disini selalu digenangi air. Anehnya, Pemkot seakan tak peduli dengan hal ini, sebutnya ketika ditemui Geger Online, Jum’at (5/3/2021)

“Kalo dulu Sungai Penuh dan Kerinci terkenal lumbung beras se provinsi Jambi. Saat ini malah berbalik, menjadi terancam krisis pangan” jelasnya.

Kepala BPS Kerinci, Refia Hendrita, melalui Wirdianto Koordinator Fungsi Statistik Distribusi mengatakan, data ini mereka dapatkan dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kerinci. Dari data yang ada, pengurangan lahan sawah ini terjadi di 16 kecamatan (lihat grafis). Pemkab Kerinci sendiri, sebenarnya telah memiliki perda soal alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan, yang telah disahkan DPRD Kerinci. Namun sampai saat ini, perda tersebut telaksana.

Kasi pertanian Kerinci Emelda mengatakan, luas lahan sawah saat ini 13.289,65 hektare. Ini hasil dari pemetaan yang dilakukan dari tahun 2018 dan selesai di tahun 2019, ungkapnya. (Dikutip dari Jambi Independen, 6/2).

Lanjutnya, kemungkinan banyak lahan sawah yang tidak digarap karena irigasi yang minim, karena dalam waktu dua tahun ini dana pusat untuk irigasi di Kerinci tidak ada.

“Bisa jadi karena irigasi yang tidak mengalir sehingga sawah tidak digarap,” ujarnya. Kemudian anggota DPRD Kerinci, Andespa mengatakan, jika benar data yang ada, ini akan mengancam ekonomi masyarakat.

“Kalau pengurangan ini terus berlanjut sampai dua atau tiga tahun mendatang dengan jumlah pengurangan yang sama, Kerinci akan krisis pangan,” ungkapnya. (Dede)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *