Sembilu Rapuh 

Gafar Uyub Depati Intan

 

Cerita Bersambung (Cerbung)

Bacaan Lainnya

Oleh : Gafar Uyub Depati Intan

(Bagian Pertama)

Hendra enam puluh tahun sebuah usia diujung senja, hidupku kini diatas Sembilu Rapuh. Semuanya melepuh redup, aku wajib bersyukur pada tuhan yang maha segalanya.

Lahir dari pasangan miskin. Miskin Ilmu, Miskin Harta, Hanya keyakinan Aqidah pada tuhan maha segalanya. Hendra tetap disekolahkan dari tingkat dasar SD/sederajat dengan keadaan apa adanya.

Perjuangan berliku, berjalan bak dalam onak dan duri sekolah dasarpun dilaluinya dalam waktu yang panjang tak kurang dari sepuluh tahun. Karena tutup bukanya sekolah berulang kali, gaji guru harus dengan beras.

Satu bulan gaji guru dengan beras per murid, dikarenakan bayaran tiga canting (tiga tekong kaleng susu).

Dan sekolah pun di dua Desa, saat tutup sekolah di kampong si A karena gurunya berhenti mengajar, maka pindah ke kampung B begitu berjalan cukup lama minimal tiga tahun.

Kondisi memperihatinkan itu. Dan tak heran berulangkali turun kelas.

Ketika guru pengajarnya sudah ada, maka belajarnya dimulai lagi satu tingkat dari kelas sebelumnya.

Dimulai dari 1967 sampai tahun 1974 lulus Madrasah Ibtidayah Swasta (MIS), ujiannya harus ke sekolah Negeri Madrasah Islam Negeri (MIN) dan Ijazah yang dimiliki, tanda pernah sekolah ditingkat dasar ditandatangani Kepala Sekolah yang berbunyi REGTUK bukan NIP.

Selama 13 tahun menjalani pendidikan dasar Sekolah Rakyat Swasta (SRS), dan lulus di MIS, maka tak heran lulus MIS banyak muridnya sudah berumur 14 sampai 16 tahun. Dan lulus SLTP/ sederajat 17 tahun bahkan ada yang berumur 18 tahun.

Dengan tekad besar dan kerja keras membantu ibu mencari beras, pulang dari sekolah dan Minggu sebagai tenaga upahan, tak ada hari libur bagi seorang Hendra, itu dari SRS dan MIS selama 13 tahun dan SLTP 3 tahun dan SLTA 3 tahun total 19 tahun.

Ketika Sekolah ditingkat Dasar tak sedikit kawan-kawan Hendra memilih berhenti sekolah, karena krisis multidimensi, eknomi, tenaga pengajar dan sekolah yang buka tutup, ketika tutup harus berhenti tiga sampai lima bulan.

Dan diawa-awal belajar di SRS, sempat memakai “Batu Las” dengan alat tulis KEREP yang bisa dihapus langsung sesudah ditulis. Dengan warna hitam, itu berlangsung kurang lebih satu tahun.

Bersambung.

Cerbung ini sengaja diangkat kembali untuk mengingatkan kembali generasi milinial yang kini belajar serba canggih dan Negara memberikan bantuan yang cukup, kendati ditengah kesengajaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *