Cerita Bersambung (Cerbung)
Oleh : Gafar Uyub Depati Intan
Baru di SLTP di Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi. Hendra belajar lebih teratur pada tahun 1975 dan lulus 1977. Tantangan semakin berat. Dan ia pun bertekad melanjutkan pendidikan nya ke Kota Padang (Sumatra Barat) ke salah satu SLTA bagian Teknik Mesin. Beban semakin berat untuk biaya makan dua kali sehari dan sewa rumah kos harus dicari sendiri.
Modal yang diandalkan tenaga bekerja apa saja, sebagai buruh (tukang angkat di pasar raya Kota Padang) dijalani bertahun-tahun.
Karena belajar di sekolahnya pada sore hari. Maka waktu pagi hari dari pukul 08:00 Wib. Ia mendatangi gudang-gudang penampungan barang Sembilan Bahan Pokok (Sembako), yang butuh tenaga tukang angkat sampai pukul 12:30 Wib, karena pukul 13:15 Wib harus ke sekolah sampai sore harinya, dari upah yang diperoleh ia mendapatkan uang Rp. 900.00 s/d Rp. 15.000 setengah hari dari uang tersebut bisa untuk makan lima kali, di warung Ampera Nasi Ramas, dengan gulai Tauco, Ikan Teri campur Cempedak atau Rimbang. Dengan harga relatif murah Rp. 250 s/d Rp. 300 rupiah sekali makan. Begitulah yang dilakoni selama empat tahun sampai tamat SLTA.
Banyak catatan suka dan duka, dirasakan. Ada pemilik gudang berhati mulya, begitu sampai pukul 12:30 Wib, Hendra diberi makan gratis dan uang (upah) mengangkat diberikan langsung.
Dan dukanya, ada pemilik gudang memberikan tiga kali sehari, tak heran biaya makan terseok dan mengatur makan dari kebiasaan tukang angkat tiga menjadi dua kali makan dalam waktu 24 jam siang dan malam hari.
Dipermalukan dan diejek oleh teman sudah menjadi sarapan sehari-hari, karena rekan sekelas sering bertemu Hendra menjadi tukang angkat di pasar raya Kota Padang tercinta itu.
Hendra mencatatkan dalam buku hariannya di Kota Padang tercinta karena ini, tempat hidup dan perjuangan Pendidikan berhasil dilalui dan selesai hanya batas SLTA. Dan tidak mengikuti jejak ayah dan ibu yang buta huruf di kampung asal Kerinci.
Bersambung
Cerbung ini sengaja diangkat kembali untuk mengingatkan anak dan cucu serta generasi milinial yang serba canggih Sekolah harus nomor satu. (*)