Setiap yang Diucap dan Diamalkan Hendaknya Dari Hati yang Takwa

Dok

Oleh: Dr. Ahmad Zuhdi, MA

Syiar ramadhan tidak menutup aktifitas akademik terhambat, bahkan pengenalan dan sosialisasi kepada masyaraakat tentang eksistensi Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah dengan jurusan Manajeman Dakwah dan Ilmu al-Quran dan Tafsir tetap disampaikan. Paling tidak masyarakat sudah mengenal bahwa di IAIN Kerinci sudah ada Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah.

Bacaan Lainnya

Dr. Ahmad Zuhdi, MA, Wakil Dekan 2. Selain dari akademisi, ia juga diamanahkan sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jam’iyyatul Islamiyah dan Jam’iyatul Washliyah. Kedua organisasi ikut menjadi roda penghubung kegiatan dakwah Islamiyahnya baik di Kabupaten Kerinci maupun Kota Sungai Penuh.

Dalam safari ramadhannya, senantiasa diingatkan bahwa jangan sekedar menjalankan kewajiban ibadah saja tanpa ada keinginan untuk memahami perintah yang diberikan oleh Allah Swt dan Rasul tersebut, sekiranya manusia sudah beriman, apakah puasa tidak perlu lagi,..?

Padahal bila diselami perintah Allah tersebut tertuju kepada “Iman”, karena dia kepercayaan Allah. Iman itu adalah Ruh, Ruh itu adalah Kitab, maka Iman, ruh dan kitab itu adalah Nur, yang tersimpan di dalam dada tiap-tiap manusia. Apa maksudnya bahwa Allah tertuju kepada Iman, supaya dia bertakwa ? tujuannya adalah agar tiap-tiap yang diucapkan dan diamalkan itu hendaknya terbit dari hati yang takwa.

Artinya iman yang termaktub (tersimpan) dalam hati, di ikrar dengan lidah, di amal dengan anggota, sehingga tidak bertentangan dengan niat yang berasal dari dalam hatinya. Jika bertentangan dengan hatinya, maka Allah menyebutkan dalam firmannya:

هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ فَمِنكُمۡ كَافِرٞ وَمِنكُم مُّؤۡمِنٞۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ ٢

“Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”(QS. At-Tagabun 64 : 2)

Kata beliau bahwa yang mukmin itu, abdi filqalbil mukminin, hambaKu dalam hati mereka namanya MUKMIN, tidak laki-laki dan tidak perempuan, berada dalam dada laki-laki dan dalam dada perempuan, bersifat Siddiq, Amanh, Tabligh dan Fathanah. Untuk mengetahui adanya mukmin, dapat dirasakan melalui “alimul gaibi wasy syahadah, artinya yang tahu gaib (tersembunyi daalam dada setiap manusia), menjadi saksi atas kesalahan dirinya sendiri.

Maka yang kafir itu adalah manusia, bukan tubuh manusia, ingkar dalam bahasa kita, kafir dalam bahasa Arab. Karena manusia itu bersifat kafir kepada Tuhannya, berkeluh kesah, suka menantang, dia berputus asa, bila dia kaya dia kikir, itulah sifat manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *