Kisah Dukun Sakti Serampas yang Berhasil Sembuhkan Presiden Soekarno 

Dok

Oleh: Riky Serampas (Riki Saputra)

Kisah seorang dukun sakti dari Marga Serampas dan berhasil menyembuhkan penyakit presiden pertama Republik Indonesia, IR. Soekarno senter terdengar.

Bacaan Lainnya

Hal ini juga membuat penulis tertarik menggali cerita dan menulis tentang dukun sakti dari Marga Serampas yang berhasil menyembuhkan penyakit Bung Karno.

Lantas siapakah dukun sakti yang berasal dari pedalaman Jambi (Marga Serampas dan Marga Serampas (1)) hingga diundang ke istana untuk mengobati presiden Soekarno?

Adalah Badu Lambun putra asli Marga Serampas kelahiran 1907. Badu Lambun memang dikenal sebagai dukun sakti di Marga Serampas yang mewarisi ilmu pengobatan ayahnya, Gulir. Gulir ayahanda Badu Lambun selain dukun sakti, ia juga seorang pemuncak (Orang yang tinggi pangkatnya) atau Pesirah (Seorang tokoh masyarakat yang memiliki kewenangan memerintah beberapa Desa).

Selain pesirah, Gulir juga merupakan ketua Sarikat Abang (Kelompok pemberontakan masyarakat lokal melawan kolonialisme Belanda) wilayah Merangin. Dan itulah yang diwarisi Badu Lambun, ia juga menjadi Pesirah mengantikan ayahandanya dan juga bergabung dalam Sarikat Abang.

“Badu Lambun ini memang punyo ilmu bisa mengobati, ilmu dukunnya turunan, bapaknya Gulir namonya juga orang pandai, jugo dukun, hebat lagi, pemuncak zaman kerajaan dulu, atau pesirah setelah itu. Dan jugo ketua Sarikat Abang,” kata Nek Ntan (Sebutan Kakek bagi warga Marga Serampas) H Alutral Badu Lambun Serampas, anak kedua Badu Lambun dari istri keduanya, mengawali cerita.

H. Alutral B Serampas namanya dikenal melanjutkan kesaktian ayahandanya Badu Lambun mengobati orang tidak hanya terkenal di seantero Serampas dan sekitarnya. Banyak dari Palembang, Bengkulu dan Jambi jauh-jauh datang ke Tanjung Kasri (Desa di Marga Serampas tempat Badu Lambun berdomisili) untuk berobat pada masa itu.

“Selain dukun, bapak tu jugo pesirah jadi banyak yang kenal. Waktu itu Sayo ingat betul, kalau dari Serampas la pasti, banyak dari Palembang, dari Bengkulu dan jugo dari Jambi yang datang berobat. Tidak hanya orang biaso, banyak juga tentara kenal beliau,” sebut H Alutral B Serampas lagi.

Lalu sekitar tahun 1962, lanjut Alutral B Serampas ada rombongan tentara dari Jambi datang ke Tanjung Kasri menemui ayahandanya Badu Lambun. Mereka mengundang Badu Lambun untuk hadir ke Istana Negara di Jakarta untuk mengobati Soekarno yang waktu itu sakit keras.

“Masih ingat waktu itu rombongan dari Korem Jambi yang datang jemput ke Tanjung Kasri. Itulah mereka mengundang ke istana mengobati Soekarno yang sakit parah,” ujar Alutral B Serampas dan menyebutkan waktu itu ia masih usia sekolah dasar.

Undangan itu diamini Badu Lambun, namun Badu Lambun dari Tanjung Kasri ke Jambi tidak berangkat bersama rombongan yang menjemputnya. Ia meminta rombongan tersebut berangkat duluan ke Jambi, lalu ia menyusul kemudian.

“Itulah kesaktian orang zaman dulu (Meski berangkat ke Jambi paling akhir namun sampai paling cepat), sudah duo minggu beliau (Badu Lambun) tibo di Jambi barulah rombongan yang menjemputnya ke Tanjung Kasri tadi tibo di Jambi. Waktu itu perjalanan ke Jambi ke Bangko dan Tanjung Kasri sekitar dua minggu, karena dari Jambi ke Bangko memang sudah ada mobil tapi jarak tempuhnyo empat malam, terus ke Tanjung Kasri belum masuk jalan,” sebut Alutral.

Singkat cerita tibalah Badu Lambun di istana negara. Badu Lambun, ternyata tidak sendiri karena disitu juga sudah berkumpul ratusan dukun dari berbagai daerah di Indonesia yang juga diundang untuk mengobati presiden Soekarno.

“Mereka ini diundang ada 200 sang dukun dari berbagai daerah di Indonesia. Lalu diberi semacam tes lah dan yang berhasil melalui teslah yang mengobati Soekarno yang saat ini tengah sakit keras,” sebutnya.

Disinilah kesaktian Badu Lambun yang terlihat kalem atau biasa-biasa saja menonjol dari dukun-dukun lainnya.

Badu Lambun tanpa melihat dan menyentuh Soekarno, ia bisa mengetahui bagian tubuh Soekarno mana yang sakit, sejak kapan Soekarno sakit dan sebagainya. Badu Lambun juga mengetahui apa saja tanda-tanda di tubuh sang proklamator tersebut.

“Jadi beliau terpilihlah dan dipercaya mengobati Soekarno hingga sembuh. Berbulan-bulan beliau bersama Soekarno, sekitar empat bulan, kalau dihitung dari berangkat hingga pulang lagi ke Tanjung Kasri kurang lebih enam bulan. Dari akhir tahun 1962 sampai tahun 1963,”

“Selama mengobati Soekarno, beliau juga ikut pindah-pindah istana bersama Soekarno. Ikut Soekarno ke istana Tapak Siring Bali dan Istana Bogor, jadi beliau selain mengobati penyakit Soekarno juga dipercaya melindungi Soekarno,” ujarnya.

Soekarno sembuh, selesailah tugas Badu Lambun dan saatnya dukun sakti dari pedalaman Jambi ini pulang ke kampung halamannya Tanjung Kasri.

Sebelum pulang ke Tanjung Kasri, Soekarno mempersilakan Badu Lambun meminta hadiah yang diinginkannya sebagai ucapan terima kasih. Ternyata Badu Lambun tidak meminta hadiah emas, mobil atau barang berharga lainnya yang bisa saja ia dapati karena meminta hadiah dengan seorang Presiden.

Badu Lambun hanya minta hadiah yang diucapkannya dengan kalimat “Tak Lekang Dek paneh dan Tak Lapuh Dek Hujan”. Permintaan Badu Lambun ini membuat Soekarno bingung, lalu disampaikanlah oleh penerjemah ke Soekarno bahwa yang diminta Badu Lambun adalah supaya dibukakan jalan aspal ke Desanya Tanjung Kasri.

Soekarno langsung menghubungi Gubernur Jambi waktu itu dan meminta membuka jalan ke Tanjung Kasri. Namun penjelasan Gubernur Jambi waktu itu tidak memungkinkan bisa membuka jalan aspal ke Tanjung Kasri.

“Waktu itu jalan baru ada dari Jambi ke Bangko, jarak tempuhnyo pakai mobil empat malam. Sementara dari Bangko ke Jangkat apa lagi ke Tanjung Kasri belum ada, jadi tidak memungkinkan waktu itu membuat jalan aspal ke Tanjung Karsi. Jadi beliau (Badu Lambun) waktu itu sudah berpikir untuk orang banyak,” kisahnya.

Tidak terpenuhinya permintaan buka jalan aspal ke kampung halamannya, juga tidak membuat Badu Lambun meminta hadiah berharga lainnya. Badu Lambun hanya meminta sebuah radio sebagai kenangan dan dibawanya pulang ke kampung halamannya Tanjung Kasri.

“Sayo masih ingat beliau bawa radio mereknya transistor,” kata Alutral nyambi meragakan ukuran radio tersebut dengan tangannya.

Terkait Badu Lambun ikut berpindah-pindah istana bersama Soekarno ke Tapak Siring dan Istana Bogor selama mengobati orang nomor satu di Indonesia itu, juga diceritakan Hj Rosmawati SP d, Istri Alutral B Serampas.

“Tahun 1989 Sayo ado ke Bali. Jalan-jalan dan sampai di Istana Tapak Siring Bali. Saat itu ada penjaga istana menyapa dan menanyakan berasal dari mana. Ibu dari mana (Menirukan penjaga istana Tapak Siring Bali). Sayo jawab dari Jambi. Mendengar Sayo mengatokan dari Jambi,

penjaga itu juga bercerita bahwa dulu ada dukun sakti dari Jambi ikut presiden Soekarno ke Istana Tapak Siring,” katanya.

Sepulangnya ke Tanjung Kasri, Badu Lambun masih tetap seperti sedia kala membantu mengobati orang dari berbagai daerah yang membutuhkan bantuannya. Hingga ia merantau ke Sebelat (Saat ini masuk Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu) dan bersawah di wilayah itu hingga ia wafat tahun 1981.

Alutral B Serampas menyebutkan tidak lama setelah Badu Lambun wafat, ada dari Kodim menemui pihaknya mengusulkan agar makam Badu Lambun dipindahkan ke Makam Pahlawan.

“Karena beliau beramanah supaya makamnya tidak dipindahkan dari situ (Sebelat). Maka waktu itu kami tidak bersedia. Namun belakangan ini kami anak, cucu keturunanya kesulitan untuk ziarah ke makam beliau karena lokasinya,” kata Alutral pensiunan pegawai PU Merangin mengakhiri ceritanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *